Depresi pada Anak, Memang Bisa?
Usia anak-anak terkenal dengan masa yang menyenangkan. Tidak perlu capek bekerja, kebanyakan waktunya digunakan untuk bermain sesuka hati, memiliki mimpi indah, dan imajinasi yang sangat tinggi. Apa iya di masa yang kebanyakan waktunya dihabiskan untuk bermain bisa memicu adanya depresi pada anak? Yuk kita bahas kemungkinan depresi pada anak dan bagaimana kita bisa mencegah hal tersebut terjadi.
Depresi berbeda dengan perubahan suasana hati yang menurun dalam waktu tertentu atau biasa disebut bad mood. Perasaan hati yang jelek bisa hilang dalam sekejap, berganti dengan perasaan bahagia setelah mendapatkan hiburan atau perhatian lain. Namun depresi lebih dari itu. Depresi bisa terjadi secara berulang dan berlangsung selama berhar-hari bahkan berbulan-bulan atau mungkin dalam waktu yang lama. Ternyata depresi bukan hanya bisa menyerang orang dewasa, tapi anak-anak pun bisa terkena depresi. Dikutip dari CNN, terdapat sebuah hasil penelitian di JAMA Pediatrics yang menunjukkan hasil penelitian bahwa depresi dan kecemasan pada anak meningkat 2x lipat saat pandemi Covid-19 berlangsung. Dari total 80 ribu anak usia 4-17 tahun di kawasan Asia, Erop, dan Amerika, mereka menunjukkan peningkatan angka depresi.
Depresi mendorong anak untuk tidak lagi dapat melakukan aktivitas sewajarnya. Anak akan mudah marah, sulit menemukan kegembiraan, dan masih banyak lagi. Disinilah kepekaan orang tua sangat penting bagi kesehatan mental anaknya, terutama di masa pandemi Covid-19 sekarang ini.
Ada banyak faktor yang mendorong anak mengalami depresi, diantaranya penurunan kadar neurotransmitter yang menghambat kemampuan anak untuk merasa baik, peristiwa dalah kehidupan yang mengubah hidup (kematian seseorang, perceraian, adaptasi baru, dll), stres berkepanjangan, penyakit, bullying, pelecehan seksual, dan masih banyak lagi.